Indonesia adalah kawasan yang sangat disegani dalam kancah Balapan underbone. Adabanyak pembalap gape dibalapan ini, eiitt tunggu dulu ada variabel lain juga yang mendukung semua ini . .. mekanik dan pengembang riset mesin. Om Chia atau Michael Iskandar adalah salah satunya. Buanyak sekali karya-karya Riset balap begawan Korek yang satu ini. Suzuki adalah pabrikan yang sangat beruntung pernah memiliki sosok aset bangsa yang Jenius ini. Bro sekalian menurut berita dari otomotif.net Sang begawan Telah kembali keharibaannya. oom Chia Telah meninggal dengan tenang di rumah sakit prima medika Denpasar Bali, semalam tanggal 4 Mei 2010 jam 23:30 WIT.
Sang begawan memulai semua ini dari dasar, menjadi pembalap suzuki di tahun 1949 dan diteruskan menjadi bagian dari tim riset balap suzuki di sekitar tahun 1963. Bahkan saat masa pensiunnya di tahun 90-an, dari tempat tinggalnya di bali sang begawan masih bisa mengangkat pamor RG Sport dengan racikan mesin hasil kerja tangan dinginnya. inipun terus berlanjut sehingga Owie Nurhuda dari tim Suzuki TOP1 BRT SHC FDR Chia Felix menjadi Juara Asia di tahun 2008 menggunakan Suzuki Shogun dan Suzuki Smash-kin didepan . ..  semoga berguna
In Memoriam : Michael Iskandar : Sang Guru Besar Otomotif Indonesia
In Memoriam : Michael Iskandar (Om Chia) : Sang Guru Besar Otomotif Indonesia
Disiplin, tidak pelit ilmu dan selalu mencari inovasi baru tanpa kenal waktu. Mungkin itulah sebagian karakter yang ada dalam diri guru besar tuner Indonesia, almarhum Michael Iskandar. Kakek yang biasa disapa Om Chia ini banyak melahirkan inovasi dan trik-trik mengorek mesin motor. Bahkan menjelang tutup usia, dirinya sempat menghasilkan karya dan transfer ilmu kepada generasi muda balap motor Indonesia.
Berkarya dengan sepenuh hati dengan tujuan memajukan dunia balap Indonesia, sekaligus mentransfer ilmunya kepada generasi muda, tak pernah sedikitpun terbesit rasa lelah diwajahnya kendati dirnya telah memasuki usia senja. Bahkan sebelum Yang Maha Kuasa memanggil nya saat tubuhnya tergolek lemah di ranjang rumah sakit, dirinya masih bisa bekarya dan memberikan ilmunya kepada rekan-rekanya.
Seluruh karyanya murni keluar dari otaknya dengan perhitungan yang matang. Bukan asal tebak, namun semuanya merupakan hasil penghitungan dan rekayasa teknis yang mengacu pada rumusan motor bakar.
Sejak tahun 1949, Om Chia menjadi pembalap yang membawa bendera Suzuki. Loyalitasnya pada profesi yang dijalani melahirkan keparcayaan dah hasil yang maksimal. Hingga akhirnya pada tahun 60-an Om Chia berputar haluan, namun tetap dalam koridor dunia balap dengan menjadi mekanik. Sejak saat itu, karirnya terus meningkat dan terus berkreasi sesuai iklim balap Indonesia dan mengawal berbagai pembalap tanah air.
Namanya yang dikenal sebagai pembalap Suzuki ditahun 1949, kemudian berlanjut menjadi bagian tim riset balap motor Suzuki di tahun 1963 dan juga sebagai tokoh dibelakang suksesnya prestasi balap motor Indonesia.
Hasil riset nya berhasil membawa Suzuki Shogun dan Smash menjadi momok yang menakutkan bagi lawannya di balapan Indoprix, bersama Tim Suzuki TOP1 BRT SHC FDR Chia Felix. Selain itu, Om Chia juga pernah menyabet gelar Juara Asia pada 2008 silam bersama pembalapnya Owie Nurhuda.
Dimasa hidupnya, pria yang memiliki nama kecil Tjia Guan Hong ini dikenal sebagai orang yang paling rapi dalam segala hal. Bahkan saat dirinya bekerja dengan baju berwarna putih, bisa dipastikan nyaris tak ada kotoran sedikitpun yang menempel di bajunya.
Dan yang mungkin tak diketahui banyak orang, masa muda Om Chia pernah menjadi anak band. Ya, selain jago ngoprek mesin motor, Om Tjia juga jago memainkan alat musik gitar dan ukulele. Bahkan hampir tiap malam minggu, Om Chia tidak pernah absen untuk menggelar pertunjukan internal bersama rekan-rekannya.
Om Chia mulai sakit-sakitan setelah ditinggal sang Isteri tercinta, Maria Elisabeth pada tahun 2009 silam. Hingga akhirnya Om Chia mengehembuskan nafas terakhirnya di RS Prima Medika Denpasar, Bali, setelah sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Kake 11 cucu ini menghembuskan nafas terakhirnya diusia yang ke 84 tahun karena menderita komplikasi kanker prostat pada 4 Mei 2010 silam di Denpasar, Bali. Jenazah Om Chia dimakamkan di pemakaman Sandiego Hill, Karawang Barat.
Tak banyak dan bahkan mungkin tak ada orang yang mampu menggantikan dirinya dalam dunia balap tahan air. Prinsip berbagi ilmu yang selalu dipegangnya, membuat dirinya terus berusaha mencari inovasi baru.
Menurut sang guru besar yang kini telah meninggalkan insan otomotif Indonesia untuk selamanya, jangan pernah pelit berbagi ilmu kepada siapa pun, termasuk pada kompetitor sekalipun. Karena dengan kemampuan dan ilmu kompetitor yang bertambah akan memacu kita untuk terus mencari inovasi untuk terus berada diatas kompetitor. Sehingga tak ada ilmu yang monoton atau tertahan di satu pihak saja.
Segala sukses yang diraihnya merupakan hasil kerja keras yang dipadukan dengan sifat mandiri, disiplin dan loyalitasnya pada pekerjaan.
Sejak kepergian Om Chia, dunia motorsport Indonesia berduka karena kehilangan salah satu putra terbaiknya yang dikenal piawai dalam hal riset dan pengembangan mesin balap motor under bone. Catatan sejarah kiprahnya dalam dunia balap motor Indonesia ini mungkin hanya secuil dari cerita tentang diri Almarhum. Masih banyak dan sangat banyak yang belum dituliskan untuk mengenang dan mengabadikan nama sang Guru Besar, Michael Iskandar atau Om Chia.
Selamat Jalan Om Chia, Doa Kami Menyertai Kepergian Mu
Sumber : Berbagai Sumber
Foto : Detikoto
Disiplin, tidak pelit ilmu dan selalu mencari inovasi baru tanpa kenal waktu. Mungkin itulah sebagian karakter yang ada dalam diri guru besar tuner Indonesia, almarhum Michael Iskandar. Kakek yang biasa disapa Om Chia ini banyak melahirkan inovasi dan trik-trik mengorek mesin motor. Bahkan menjelang tutup usia, dirinya sempat menghasilkan karya dan transfer ilmu kepada generasi muda balap motor Indonesia.
Berkarya dengan sepenuh hati dengan tujuan memajukan dunia balap Indonesia sekaligus mentransfer ilmunya kepada generasi muda, tak pernah sedikitpun terbesit rasa lelah diwajahnya kendati dirinya telah memasuki usia senja. Bahkan sebelum Yang Maha Kuasa memanggil nya saat tubuhnya tergolek lemah di ranjang rumah sakit, dirinya masih bisa bekarya dan memberikan ilmunya kepada rekan-rekanya.
Seluruh karyanya murni keluar dari otaknya dengan perhitungan yang matang. Bukan asal tebak, namun semuanya merupakan hasil penghitungan dan rekayasa teknis yang mengacu pada rumusan motor bakar.
Sejak tahun 1949, Om Chia menjadi pembalap yang membawa bendera Suzuki. Loyalitasnya pada profesi yang dijalani melahirkan keparcayaan dah hasil yang maksimal. Hingga akhirnya pada tahun 60-an Om Chia berputar haluan, namun tetap dalam koridor dunia balap dengan menjadi mekanik. Sejak saat itu, karirnya terus meningkat dan terus berkreasi sesuai iklim balap Indonesia dan mengawal berbagai pembalap tanah air.
Namanya yang dikenal sebagai pembalap Suzuki ditahun 1949, kemudian berlanjut menjadi bagian tim riset balap motor Suzuki di tahun 1963 dan juga sebagai tokoh dibelakang suksesnya prestasi balap motor Indonesia.
Hasil riset nya berhasil membawa Suzuki Shogun dan Smash menjadi momok yang menakutkan bagi lawannya di balapan Indoprix, bersama Tim Suzuki TOP1 BRT SHC FDR Chia Felix. Selain itu, Om Chia juga pernah menyabet gelar Juara Asia pada 2008 silam bersama pembalapnya Owie Nurhuda.
Dimasa hidupnya, pria yang memiliki nama kecil Tjia Guan Hong ini dikenal sebagai orang yang paling rapi dalam segala hal. Bahkan saat dirinya bekerja dengan baju berwarna putih, bisa dipastikan nyaris tak ada kotoran sedikitpun yang menempel di bajunya.
Dan yang mungkin tak diketahui banyak orang, masa muda Om Chia pernah menjadi anak band. Ya, selain jago ngoprek mesin motor, Om Tjia juga jago memainkan alat musik gitar dan ukulele. Bahkan hampir tiap malam minggu, Om Chia tidak pernah absen untuk menggelar pertunjukan internal bersama rekan-rekannya.
Om Chia mulai sakit-sakitan setelah ditinggal sang Isteri tercinta, Maria Elisabeth pada tahun 2009 silam. Hingga akhirnya Om Chia mengehembuskan nafas terakhirnya di RS Prima Medika Denpasar, Bali, setelah sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Kake 11 cucu ini menghembuskan nafas terakhirnya diusia yang ke 84 tahun karena menderita komplikasi kanker prostat pada 4 Mei 2010 silam di Denpasar, Bali. Jenazah Om Chia dimakamkan di pemakaman Sandiego Hill, Karawang Barat.
Tak banyak dan bahkan mungkin tak ada orang yang mampu menggantikan dirinya dalam dunia balap tahan air. Prinsip berbagi ilmu yang selalu dipegangnya, membuat dirinya terus berusaha mencari inovasi baru.
Menurut sang guru besar yang kini telah meninggalkan insan otomotif Indonesia untuk selamanya, jangan pernah pelit berbagi ilmu kepada siapa pun, termasuk pada kompetitor sekalipun. Karena dengan kemampuan dan ilmu kompetitor yang bertambah akan memacu kita untuk terus mencari inovasi untuk terus berada diatas kompetitor. Sehingga tak ada ilmu yang monoton atau tertahan di satu pihak saja.
Segala sukses yang diraihnya merupakan hasil kerja keras yang dipadukan dengan sifat mandiri, disiplin dan loyalitasnya pada pekerjaan.
Sejak kepergian Om Chia, dunia motorsport Indonesia berduka karena kehilangan salah satu putra terbaiknya yang dikenal piawai dalam hal riset dan pengembangan mesin balap motor under bone. Catatan sejarah kiprahnya dalam dunia balap motor Indonesia ini mungkin hanya secuil dari jutaan kisah tentang diri Almarhum. Masih banyak dan sangat banyak yang belum dituliskan untuk mengenang dan mengabadikan nama sang Guru Besar, Michael Iskandar atau Om Chia.